TEHNIK SUVERFISI INDIVIDUAL
Jumat, 20 Mei 2016
Selasa, 17 Mei 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam masalah pembelajaran, supervisi dengan berbagai konsepnya memiliki
peranan yang sangat penting. Supervisi berusaha
untuk membantu meningkatkan proses pembelajaran dengan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi didalamnya, baik itu masalah yang
dihadapi guru dalam mengajar, kondisi belajar siswa, bahkan media dan fasilitas
yang tersedia. Oleh karena itu, setiap lembaga atau institusi pendidikan
tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervisi.
Melaksanakan kegiatan supervisi
dalam rangka perbaikan pembelajaran menjadi salah satu tugas seorang
supervisor. Agar pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, diperlukan
sebuah keterampilan tekhnikal yang harus dimiliki oleh seorang supervisor.
Keterampilan yang dimaksud berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi
yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan supervisi. Pemahaman dan
penguasaan teknik-teknik tersebut oleh supervisor, menjadi suatu keharusan jika
ingin pelaksanaan supervisi di sekolah/madrasah, dapat berjalan dengan baik
sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Secara umum, teknik-teknik
supervisi yang seharusnya dipahami dan dikuasai oleh seorang supervisor ada dua
macam. Kedua macam teknik tersebut yaitu teknik supervisi individual dan teknik
supervisi kelompok. Pada kesempatan ini, pemakalah hanya memfokuskan pembahasan
pada teknik supervisi secara individual saja. Penjelasan tentang teknik
tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian tehnik suverfisi individual ?
2. Apa
saja tehnik tehnik suverfisi individual ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian suverfisi individual.
2. Mengetahui
Apa saja tehnik tehnik suverfisi individual.
BAB
II
PEMBAHASAAN
A.
PENGERTIAN TEHNIK SUVERFISI
INDIVIDUAL
Lantip Diat Prasojo &
Sudiyono dalam “Supervisi Pendidikan” mengemukakan bahwa
teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi peseorangan terhadap
guru[1].
Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga dari hasil
supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
Dari pengertian di atas, dapat
dipahami bahwa teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang
hanya ditujukan kepada satu orang guru saja. Kegiatan supervisi tidak berlaku
pada dua orang guru atau lebih.
B. MACAM-MACAM
TEHNIK SUVERFISI INDIVIDUAL
Dari berbagai macam teknik yang
dikemukakan oleh para ahli, maka teknik-teknik supervisi individual terbagi
kepada beberapa macam teknik berikut:
1. Kunjungan
Kelas (Classroom Visitation)
Kunjungan kelas adalah teknik
pembinaan guru oleh kepala sekolah, di mana ia mengunjungi kelas tempat guru
mengajar untuk mengamati suasana belajar di kelas itu. Teknik ini bertujuan
untuk membantu guru-guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi di
kelas. Kunjungan yang dilakukan juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan
profesionalisme guru ataupun supervisor, karena memberi kesempatan untuk
meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri.
Ø Jenis-jenis
Kunjungan Kelas
Kunjungan terhadap kelas, dapat
dibedakan kepada beberapa jenis berikut:
1. Kunjungan
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (unannounced visitasion)
Pada kunjungan ini, seorang
supervisor datang secara tiba-tiba ke kelas tempat guru mengajar tanpa ada
pemebritahuan sebelumnya terhadap guru tersebut[2].
Kunjungan seperti ini memiliki sisi kelebihan dan sisi kelemahan.
Adapun sisi keuntungannya ialah
sebagai berikut:
·
Supervisor dapat mengetahui
kondisi real yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan bantuan apa yang
dibutuhkan oleh guru
·
Bagi seorang guru, kunjungan
secara tiba-tiba ini dapat melatihnya untuk selalu mempersiapkan diri dalam
melaksanakan tugasnya
Sedangkan sisi kelemahannya adalah:
·
Guru akan menjadi bingung dan
gugup dengan datangnya supervisor secara tiba-tiba, sehingga timbul prasangka
bahwa ia akan dinilai dan hasilnyapun kurang memuaskan.
·
Bagi sebagian guru yang tidak
senang dikunjungi secara tiba-tiba, akan beranggapan bahwa supervisor datang
hanya untuk mencari kesalahan saja, sehingga menimbulkan hubungan yang kurang
baik antara guru dan supervisor.
2.
Kunjungan dengan adanya
pemberitahuan sebelumnya (announced visitation)
Dalam kunjungan ini, supervisor datang ke kelas berdasarkan
jadwal yang telah direncanakan dan ditetapkan terhadap kelas yang akan
dikunjungi. Kunjungan seperti ini juga memiliki keuntungan dan kekurangan.
Adapun keuntungannya adalah adanya pembagian waktu yang merata
bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang membutuhkannya. Dengan
demikian, akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar dan
mengajar. Di samping itu, kunjungan ini juga dapat memberikan kesempatan bagi
supervisor untuk menyusun konsep pengembangan yang kontinu dan terencana.
Sedangkan kekurangannya, yaitu adanya kemungkinan pengurangan
kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan
waktu yang ditentukan itu akan menekan guru yang bersangkutan untuk menunggu
giliran berikutnya.
3.
Kunjungan atas dasar undangan
guru (visits upon invitation)
Pada kunjungan seperti ini, supervisor diundang oleh guru untuk
mengunjungi kelasnya. Namun jarang sekali ada guru yang menghendaki pimpinannya
mengamati suasana kelas pada saat ia melakukan tugasnya. Akan tetapi, kunjungan
seperti akan lebih baik baginya dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan
kemampuannya. Sebab, dengan cara seperti ini, ia dapat belajar untuk bersikap
terbuka guna memperoleh berbagai pengalaman baru dari hubungan kerja samanya
dengan supervisor. Di samping itu, ini juga dapat mendorongnya untuk berupaya
mengaktualisasikan kemampuannya. Sikap dan dorongan seperti ini merupakan suatu
alat baginya untuk mencapai tingkat profesional[3].
Kunjungan atas dasar ini, memiliki sisi positif dan sisi
negatifnya. Adapun sisi positifnya, bagi seorang supervisor, hal ini dapat
menambah pengalamannya dalam bekerja sama dengan guru serta belajar dari
pengalaman tersebut. Sedangkan bagi guru, akan lebih mudah baginya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari
pengalaman dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Sedangkan sisi negatifnya adalah adanya kemungkinan terjadi
manipulasi dari pihak guru, yaitu suasana kelas yang dibuat-buat sedemikian
baiknya yang lazimnya tidak demikian, sehingga akan menimbulkan
kesukaran untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Ø
Tahap-tahap Kunjungan Kelas
Menurut Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, tahapan kunjungan kelas
terdiri dari beberapa tahap berikut[4]:
a. Tahap
persiapan
Pada tahap ini, supervisor
merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Di
samping itu, ada beberapa hal yang perlu diketahuinya sebelum melakukan
kunjungan, yaitu:
·
Hal-hal yang menyangkut keadaan
guru seperti kepribadiannya, pengetahuannya, keadaan fisik dan mentalnya, serta
status sosial dan lain-lainnya.
·
Situasi lingkungan sekitar
sekolah yang turut memberikan pengaruh.
·
Keadaan pendidikan dan lingkungan
anak-anak di rumah
·
Informasi tentang problema yang
dihadapi guru-guru
b. Tahap
pengamatan selama kunjungan
Pada tahap ini, supervisor
mengamati jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Tahap
akhir kunjungan
Pada tahap ini, supervisor
bersama guru mengadakan perjanjian atau kesepakatan untuk membicarakan
hasil-hasil kunjungan.
d. Tahap
tindak lanjut
Pada tahap ini, supervisor telah
menyimpulkan dan menguasai permasalahan dari data yang diperoleh. Selanjutnya
ia merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk
permasalahan yang ada.
2. Observasi
Kelas (Classroom Observation)
Observasi kelas adalah mengamati
proses pembelajaran di kelas secara lengkap dan teliti. Ide pokonya adalah
mencatat apa yang terjadi selain reaksi yang ditimbulkan supervisor yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi guru yang diamati[5].
Suatu rekaman yang disimpan dengan baik akan bermanfaat dalam analisis dan
komentar kemudian.
Adapun
tujuan dari observasi di sini adalah untuk memperoleh data yang seobyektif
mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisa
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar
mengajar.
Ø
Jenis-jenis Observasi Kelas
Observasi yang dilakukan dikelas
dapat dibedakan kepada dua jenis, yakni:
1. Observasi
langsung (direct observation)
Observasi
langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung di dalam kelas.
Supervisor ikut berada di dalam kelas bersama guru dan murid selama
pembelajaran berlangsung.
2. Observasi
tidak langsung (indirect observation)
Observasi
secara tidak lagsung merupakan observasi yang dilakukan di mana supervisor
tidak berada di dalam ruangan kelas bersama guru dan siswa. Orang yang
diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya.
Observasi dengan jenis ini biasanya dilakukan di dalam laboratorium untuk
pengajaran mikro.
Ø
Aspek-aspek yang Diobservasi di
Dalam Kelas
Lantip Diat Prasojo &
Sudiyono mengemukakan, secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah sebagai
berikut[6]:
·
Usaha-usaha dan aktivitas guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
·
Cara menggunakan media
pengajaran.
·
Variasi metode yang digunakan.
·
Ketepatan penggunaan media dengan
materi.
·
Ketepatan penggunaan metode
dengan materi.
·
Reaksi mental para peserta didik
dalam proses belajar mengajar
Ø
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
dalam Kegiatan Observasi
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang supervisor dalam kegiatan observasi[9], yaitu:
·
Menciptakan situasi yang wajar
(cara masuk kelas), mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat
perhatian murid-murid, tidak mencampuri guru yang yang sedang mengajar, sikap
waktu mencatat tidak menimbulkan prasangka dari pihak guru.
·
Membedakan mana yang penting
untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
·
Bukan melihat kelemahan,
melainkan bagaimana memperbaikinya.
·
Memperhatikan reaksi atau
kegiatan murid-murid dalam proses belajarnya.
Sedangkan Menurut Mukhtar & Iskandar,
hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan observasi adalah:
·
Kelengkapan catatan yang nantinya
sangat berguna dalam menganalisa apa yang telah terjadi selama pelajaran
berlangsung.
·
Fokus terhadap hal yang akan
diamati, misalnya, dalam suatu pelajaran tertentu adalah baik untuk memfokuskan
observasi tersebut pada reaksi siswa terhadap pertanyaan guru.
·
Menyesuaikan observasi pada
periode perkembangan mengajar guru.
·
Mencatat komentar sewaktu guru
memberikan komentar ketika proses pembelajaran berlangsung.
·
Pola mengajar, yakni pola tingkah
laku mengajar tertentu dari guru.
Ø
Alat-alat yang Digunakan dalam
Observasi
Untuk memperoleh data tentang
situasi belajar dan mengajar, dapat digunakan suatu alat yang biasa disebut
dengan Check-List. Check-list adalah alat untuk mengumpulkan
data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang obyektif terhadap situasi
belajar dan mengajar di dalam kelas. Bentuk check-list berupa
suatu daftar yang berisi item-item tertentu yang telah
disediakan terlebih dahulu dan si pengamat hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
Check-list yang
dimaksud dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a.
Evaluative check-list
Evaluative
check-list adalah
suatu daftar yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara
berkelompok dan merupakan standar beserta penilaiannya. Misalnya, pertanyaan
tentang keaktifan antara guru dan murid, perhatian murid-murid ketika guru
menyajikan pelajaran, dinamika kelas dan sebagainya. Susunannya dapat berupa
pernyataan (statement) atau item-itemyang dijawab dengan
“ya” atau “tidak”.
b.
Activity check-list
Activity
check-list adalah
suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si pengamat dengan cara mengecek.
Daftar tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang
biasanya dicek dengan memakai skala “ya” atau “tidak”.
Pada prinsipnya, kedua
jenis check-list ini sama, hanya pada evaluative
check-list pertanyaan-pertanyaan itu bersifat evaluatif, sedangkan
pada activity check-list, lebih menunjukkan kepada
kegiatan-kegiatan belajar.
Ø
Factual Record
Factual
record adalah
suatu catatan yang didasarkan pada kenyataan yang ada[7].
Catatan-catatan itu hanya bersifat melengkapi sebagian dari apa telah dilakukan
dalam kegiatan observasi.
Bentuk catatan ini juga dapat
dibedakan kepada dua macam, yakni:
a. Attention
chart
Attention
chart adalah
daftar yang berisi simbol atau kode memberikan gambaran tentang status
murid-murid yang memberikan perhatiannya terhadap hal mengajarnya guru. Dan
berdasarkan kode tersebut, maka dapat dianalisis tingkat perhatian murid dalam
proses tanya jawab selama pembelajaran berlangsung.
b. Participation
chart
Participation
chart adalah
daftar yang digunakan untuk mencatat partisipasi murid-murid di dalam kelas.
Dengan daftar tersebut, kita dapat melihat dan menyelidiki reaksi-reaksi murid,
sering atau tidaknya murid berpartisipasi, aktif atau tidaknya murid, dan
sebagainya.
Participation
chart ini,
juga dibedakan atas dua bentuk, yaitu quantity participation
chart dan quality participation chart.
Quantity
participation chart merupakan daftar partisipasi murid dilihat dari segi
kuantitasnya atau berapa banyak partisipasi yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran. Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut:
·
Tiap murid yang ikut
berpartisipasi, diberi tanda x atau 1 di belakang namanya.
·
Banyak partisipasi yang
dilakukan murid dijumlahkan.
Quality participation chart adalah daftar partisipasi murid
dilihat dari segi kualitasnya yang meliputi positif atau negatifnya sumbangan
pemikirannya, dan berarti atau tidaknya sumbangan pemikirannya.
3. Pertemuan
Individual/Percakapan Individual (Individual Conference)
Pertemuan individual yang
dimaksud adalah adanya proses percakapan, dialog, dan saling tukar pikiran
antara supervisor dan guru. Dengan demikian, istilah populer lainnya dari
pertemuan individual adalah percakapan atau perbincangan individual.
Menurut
Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, pertemuan individual bertujuan sebagai
berikut[14]:
·
Memberikan kemungkinan
pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi.
·
Mengembangkan hal mengajar yang
lebih baik lagi.
·
Memperbaiki segala kelemahan dan
kekurangan pada diri guru.
·
Menghilangkan atau menghindari
segala prasangka yang bukan-bukan.
Ø
Jenis-jenis Pertemuan/Percakapan
Individual
Menurut George Kyte seperti yang
dikutip oleh Piet S. Sahertian & Frans Mataheru, ada dua jenis percakapan
melalui kunjungan kelas, yaitu:
a. Percakapan
pribadi setelah kunjungan kelas (bersifat formal)
Percakapan
jenis ini terjadi ketika ada kesepakatan bersama antara supervisor dan guru
untuk mengadakan individual conference setelah
kunjungan dilaksanakan, guna membicarakan hasil kunjungan tersebut.
b. Percakapan
pribadi seperti percakapan biasa sehari-hari
Biasanya
percakapan ini berlangsung layaknya kegiatan ramah-tamah sehari-hari, di mana
guru mengemukakan suatu problema kepada supervisor atau sebaliknya. Umpamanya,
sebelum sekolah mulai, sebelum mengajar, pada waktu istirahat, atau sesudah
mengajar. Dalam hal ini, keduanya secara tak langsung mengemukakan suatu
pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran.
4. Kunjungan
Antar Kelas (Intervisitation)
Kunjungan antar kelas, maksudnya
adalah guru yang satu dengan guru yang lainnya saling mengunjungi kelas satu
sama lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk saling berbagi
pengalaman dalam pembelajaran[8].
Intervisitation ini
dapat dibedakan kepada dua bentuk beikut:
1. Supervisor
memberikan arahan kepada seorang guru yang mengalami kesulitan, untuk melihat rekan-rekan
guru lain yang mengajar. Guru yang ditunjuk, tentunya adalah orang yang
memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam menggunakan teknik-teknik
mengajar.
2. Di
kebanyakan sekolah, kepala sekolah menganjurkan kepada guru-guru agar saling
mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain. Tetapi untuk bentuk yang
kedua ini, ini diperlukan perencanaan dan musyawarah terlebih dahulu.
Adanya
kunjungan antar kelas seperti yang disebutkan di atas, dapat memberikan
kebaikan-kebaikan, di antaranya:
·
Memberikan kesempatan mengamati
rekan lain yang sedang memberikan pelajaran.
·
Memberi motivasi yang lebih
terarah terhadap aktivitas mengajar. Guru akan mudah belajar dari temannya
sendiri karena keakrakaban hubungan atas dasar saling kenal.
·
Sifat bawahan terhadap pemimpin
seperti halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi
dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian terhadap suatu
persoalan melalui musyawarah.
5. Menilai
Diri Sendiri (Self Evaluation Check-List)
Menilai diri sendiri adalah
penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri secara obyektif. Untuk maksud
itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam
upaya menilai diri sendiri ialah:
·
Membuat suatu daftar pandangan
atau pendapat yang ditujukan kepada murid untuk menilai pekerjaan atau
aktivitas guru.
·
Menganalisa tes-tes terhadap
unit-unit kerja.
·
Mencatat aktivitas murid-murid
dalam suatu catatan, baik mereka bekerja kelompok maupun perseorangan
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Teknik supervisi individual
adalah teknik pelaksanaan kegiatan supervisi terhadap satu orang guru, tidak
ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Dalam pelaksanaan supervisi, ada
bebrapa teknik yang dapat diterapkannya di dalamnya, yaitu antara lain:
1.
Kunjungan kelas (classroom
visitation)
2.
Observasi kelas (classroom
observation)
3.
Pertemuan/percakapan pribadi (individual
conference)
4.
Kunjungan antar kelas (intervisitation)
5.
Menilai diri sendiri (self
evaluation check-list)
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar & Iskandar. Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan. 2009. Cet. I. Jakarta:Gaung Persada Press
Prasojo, Lantip Diat, & Sudiyono. Supervisi
Pendidikan. 2011. Edisi Revisi Yogyakarta:Penerbit Gava Media
Sahertian, Piet, A. Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan (Dalam Rangka Membangun Sumber Daya Manusia). 2008. Cet.
II. Jakarta: Rineka Cipta
[1] Lantip Diat Prasojo &
Sudiyono. Supervisi Pendidikan. 2011. Cet. I. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media. Hal. 101
[2] Piet A. Sahertian. Konsep
Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. 2008. Edisi Revisi. Jakarta:
PT Rineka Cipta. Hal. 54
[5]
Mukhtar & Iskandar. Orientasi
Baru Supervisi Pendidikan. 2009. Cet. I. Jakarta: Gaung Persada Press.
Hal. 67
Langganan:
Postingan (Atom)